Warga Tukangan Sulap Rumah Hunian Jadi Penginapan Murah Cukup Rp100 Ribuan

Malioboro merupakan magnet wisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Rasanya tidak lengkap jika ke Yogyakarta tanpa berkunjung ke Malioboro. Penginapan menjadi salah satu hal yang perlu dipersiapkan oleh wisatawan luar DIY. Tak jarang harga penginapan menjadi pertimbangan.

BAGI wisatawan yang ingin mencari penginapan murah, bisa datang Jalan Tukangan, Tegalpanggung, Danurejan. Sebab ada beberapa warga Tukangan yang menyulap rumah tinggal menjadi penginapan murah. Salah satunya adalah Green House DS 681.

Pengelola Green House DS 681, Tutuk Fadila (49) mengatakan, mulanya rumah di Jalan Tukangan nomor 681 tersebut merupakan tempat tinggal biasa. Namun sang pemilik rumah kemudian menyulapnya menjadi penginapan. Bukan tanpa alasan, Tukangan menjadi salah satu jalan yang sering dilalui wisatawan, termasuk wisatawan asing.

"Sebenarnya cuma rumah hunian biasa, tetapi kemudian pada 2017 digunakan sebagai penginapan. Banyak wisatawan yang lewat, kemudian akhirnya dijadikan penginapan. Apalagi lokasinya juga kan strategis, dekat sekali dengan Malioboro," katanya saat ditemui Tribun Jogja, Rabu (29/9).

Ada lima kamar di rumah dua lantai tersebut. Dua kamar berada di lantai satu dan tiga kamar berada di lantai dua. Kapasitas masing-masing kamar berbeda, ada kamar yang bisa dihuni dua orang, empat orang, dan enam orang.

Harga yang ditawarkan pun sangat terjangkau, mulai dari Rp50.000 hingga Rp125.000 per orang. "Misalnya untuk kamar isi empat orang, harganya Rp200.000 per kamar, dibagi empat, sehingga satu orang hanya Rp50.000," jelasnya.

Fasilitas lengkap
Meski tergolong murah, wisatawan bisa menikmati WiFi gratis, minuman, dan lainnya. Tutuk mengungkapkan, wisatawan yang menginap kebanyakan rombongan dan keluarga.

Tak hanya wisatawan dalam negeri, wisatawan mancanegara pun menginap di rumah bercat putih tersebut.
"Kebanyakan (yang menginap) rombongan, suporter sepak bola, keluarga juga ada. Ada wisatawan asing yang menginap, yang dari Prancis, Singapura, dan lain-lain," sambungnya.

Namun sayangnya, pandemi Covid-19 membuat penginapan yang ia kelola sepi. Setahun lebih tidak ada wisatawan yang menginap di penginapan dengan kapasitas 20 orang tersebut.

"Sejak Maret (2020) sampai Maret (2021) tidak ada tamu, baru September ini ada tamu, itu juga hanya satu," ujarnya. (Christi Mahatma)

Baca Tribun Jogja edisi Sabtu 2 Oktober 2021 halaman 01