Peneliti UK Tidak Perlu Khawatir Kepada Anak Varian Delta

Jakarta, CNBC Indonesia - Baru-baru ini ditemukan mutasi Covid-19 varian delta terbaru. Ia berdampak kepada lonjakan kasus Covid-19 hingga 10% di Inggris.

Tapi ilmuwan meminta masyarakat untuk tidak panik, karena varian baru ini belum terbukti lebih menular.

Melansir CNBC Internasional, Jumat (29/10/2021), warian ini dikenal dengan AY.4.2, yang dikhawatirkan bisa 10% lebih menular dari pada strain delta yang asli. Namun sejauh ini belum ada bukti yang kuat kalau varian ini lebih menular.

Subvarian ini diperkirakan muncul di Inggris selama musim panas dan memiliki dua mutasi tambahan.

Dalam 28 hari terakhir, AY.4.2 telah menyumbang sekitar 10% dari kasus Covid-19 baru, menurut data dari Konsorsium Kesehatan Masyarakat Cog-UK. Hal itu menjadikan varian ini yang paling dominan ketiga di Inggris selama empat minggu terakhir, setelah strain delta asli dan strain sublineage.

Meski meningkat, pejabat kesehatan masyarakat di Inggris telah menekankan, AY.4.2 tidak menyebabkan sakit yang parah atau kebal akan vaksin.

Ahli Biologi di Universitas Northumbria Inggris, menyebut mutasi itu gagal terjadi di beberapa negara seperti Jerman dan Irlandia.

Christina Pagel selaku Direktur Unit Penelitian Operasional Klinis di University College London, mengatakan, meski subvarian baru delta tumbuh di Inggris, itu bukan alasan besar untuk khawatir.

"Sepertinya virus itu memiliki keunggulan antara 12% dan 18% dibandingkan delta, itu bukan kabar baik, tapi ini bukan lompatan yang besar," kata Pagel.

Dia membandingkan varian Delta dibandingkan Alpha sekitar 60% lebih menular dua kali lipat. Sementara varian baru ini masih terhitung lebih kecil.

"Mungkin secara bertahap akan menggantikan delta selama beberapa bulan ke depan tapi tidak ada tanda-tanda varian itu kebal terhadap vaksin. Jadi saat ini saya tidak akan panik tentang hal itu," jelasnya.



[Gambas:Video CNBC]

(miq/miq)